Begitulah Hidup

Posted: Kamis, 17 November 2011 by Fathurohman Alfiandi in
0

ntah akhir - akhir ini hidupku mulai terasa hampa , serpihan serpihan kisah masa lalu terus terniang , setiap saat terasa hati bergumam membuncah dan memercikan kegelisahaan , seperti hari ini , aku ingin bertanya tentang takdir langit ? mengapa begini , mencoba untuk terus bersabar dan bersyukur disetiap nikmat yang didapat , namun kegelisahaan itu terus berbisik di malam yang gulita di sore yang jingga , hanya rembulan yang tampak menemani dalam belenggu hampa ini , sungguh indah purnama menebar cahaya yang indah dan tak dapat kutemui disiang hari , hari demi hari terus terlewati , terus mencari kebahagiaan yang sebenarnya , terus mencoba mendapati makna kepuasaan hati , namun begitulah bodohnya diriku , seseorang manusia itu tak akan pernah merasa puas , kerasnya hidup terus bergulir diatas bumi yang seakan terlihat kejam , . . . . .

setiap saat aku berada dibawah dan meringis kecil diantara gurauan duka pagi yang sangat suram oktober lalu , mencoba memandang keatas dan berharap ada semangat yang akan membangkitkan , aku tahu aku harus tetap besyukur , tetap bersabar . . . . , dan rasa penasaran yang teramat memenuhi pemikiran kepalaku , mencari seseorang pendamai hati , tak kunjung juga aku temukan , semua nya sama semuanya begitu dan aku masih belum mencari seseorang seperti "si gigi kelinci" yang diceritakan oleh tere - liye , tak lagi aku temukan cinderella atau pun seora putri yang jumawan , dengan senyum manis dan lesung pipi yang menuai kebahagiaan , ntah semuanya hanya sebuah cerita kecil dar hayalku . . . . malam makin mulai menggila tak mampu sekalipun aku berdamai mencaci setiap kegelisahan yang datang .

tak kunjung aku sembuh dari luka lama , tak kunjung aku merasa baikan atas kesesakan hati ini , terus mencari dan mencari makna hidup ini , menjadi seorang yang berjati diri yang bijak , tapi aku hanya anak sore lalu yang polos akan kerasnya hidup , aku hanya anak baru di tengah kebodohan dunia lama , apakah hidup adil ? tertelan getir dalam kebrobokan setiap manusia , tersenyum miris melihat setiap tingkah mereka , kenapa pula ada luka kenapa pula galau sering menyapa , apakah sebenarnya makna hidup kami , apa kami hidup hanya untuk mati , berawal dari tiada dan akan kembali tiada ? kenapa pula dia terlahir dan kenapa pula dia sekarang telah pergi , ridu kah kami ? pertanyaan yang sangat menusuk , sungguh telah busuk rindu ini saking tak mampu lagi terlampaui banyaknya , setiap manusia pasti merasa kehilangan saat diri mereka mengetahui seseorang yg dikenalnya telah tiada , kadang kami enggan bersyukur atas takdir langit yang menyedihkan , kami hanya bisa bertanya dan mengutuk kenapa ada hal sseperti ini , kenapa ada luka dan sedih yang menyiksa

hhhh setiap saat setiap waktu degup itu tetap aku rasakan , aku hanya mencoba untuk mengalihkan , namun dimana ada waktu berdetak disaat itulah aku selalu mengingatnya , seseorang abang yang kami cintai , kami sadar kami telah kehilangannya . Kami sadar Engkau telah mengambil nyawanya dalam kedamaian , yang kami tanyakan mengapa harus begini ? mengapa dengan cara seperti ini , mengapa harus begini , kami tak tahu apa maksudMu ya Rab ? kami hanya bisa menangis , menyesal terlarut dalam duka pagi itu , sabarkan kami , tunjukan kami jalan mu yang benar , ridhoi kami dalam perjalanan hidup ini , kami sadar kau teramat adil kami sadar Kau maha tau apa yang akan terjadi dan kami pun hanya mampu berpasrahkan diri , Engkau tunjukan kami purnama di hari berikutnya , kami tahu itu untuk menghibur malam kami yang senyap tanpa seseorang yang sangat berharga , mungkin dia sesaat saat itu , tapi Engkau tau alasannya bukan ? ini begitu memilukan , menggurar rusuk rusuk kalbu yang berdebu debu , hampir dua bulan lamanya dia telah pergi ~
jelas kami masih mengenangnya , oh rasanya hancur remuk kehilangan seseorang saudara dekat seperti dia :

0 komentar: